“Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” adalah adagium yang pas untuk menggambarkan hubungan Jose Mourinho dengan Xabi Alonso. Xabi adalah salah satu murid Mourinho, bahkan bisa jadi yang paling taat. Ketika menjadi pemain, terutama ketika membela Real Madrid, Xabi selalu khusyuk mendengarkan instruksi Mourinho.
Ia juga mengikuti langkah The Special One sebagai pelatih. Sebuah jalan yang sebenarnya digariskan oleh Mourinho itu sendiri. Kini mereka berdua bersua kembali. Di ajang yang berbeda, di situasi yang berbeda, dan dengan status yang tak seperti dulu.
Keduanya akan bertemu di semifinal Liga Eropa. Bayer Leverkusen, tim yang ditukangi Xabi Alonso akan berhadapan dengan sang juara pertama Liga Konferensi Eropa, AS Roma yang ditukangi The Special One.
Pertandingan ini sekaligus menjadi kesempatan bagi Mourinho melihat ramalannya terbukti. Pertanyaannya, mampukah salah satu mantan gelandang Bayern Munchen itu membuktikannya?
Pertemuan Jose Mourinho dan Ramalannya Tentang Xabi Alonso
Jose Mourinho dan Xabi Alonso adalah dua sosok yang sarat pengalaman. Mereka berjumpa di ruang ganti Real Madrid sekitar tahun 2010. Mourinho menjalin kerja sama dengan Xabi Alonso yang kala itu masih menjadi pemain Los Galacticos. The Special One berhubungan baik dengan Xabi.
Keduanya bahkan sempat menjadi pondasi kekuatan Real Madrid. Xabi bermain sebanyak 151 pertandingan di bawah Mourinho selama di Real Madrid dari tahun 2010 hingga 2013. Ketika berada di tim ibukota Spanyol, keduanya meraih gelar La Liga, Copa del Rey, dan Piala Super Spanyol.
José Mourinho and Xabi Alonso will meet again in the Europa League semifinals 🧠 pic.twitter.com/ONrw71Z5QN
— B/R Football (@brfootball) April 20, 2023
Tatkala bertemu itulah, Mourinho yakin akan kemampuan Xabi Alonso. Bahkan ia sempat berpikir bahwa anak asuhnya itu, kelak akan menjadi sosok manajer yang luar biasa. Mourinho sama sekali tidak ragu menyebut Xabi akan melampauinya sebagai manajer.
“Dia (Xabi) tumbuh dengan seorang ayah yang merupakan pemain dan manajer. Dia dilatih pelatih top, oleh saya, Ancelotti, Benitez di Liverpool. Jika Anda menggabungkan semua itu, saya pikir, Xabi memiliki syarat untuk menjadi pelatih terbaik,” kata Jose Mourinho.
Old interview of Jose Mourinho speaking about Xabi Alonso, the Bayer Leverkusen manager who Roma will face in their next Europa League semifinal pic.twitter.com/XSTt4iYTxH
— Jody (@anjody17) April 21, 2023
Ramalan Mourinho itu kini pelan-pelan terwujud. Dan sungguh di luar dugaan, ia bisa melihat ramalannya itu persis di depan mata kepalanya sendiri. Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh Xabi. Setidaknya untuk membuktikan bahwa mantan pelatihnya itu tidak asal bicara.
Xabi Mendongkrak Bayer Leverkusen
Sebelum dadu nasib mengantarkan Xabi bertemu dengan mantan mentornya di semifinal Liga Eropa, ia telah membuat gebrakan besar di Bayer Leverkusen. Setelah dianggap sukses menukangi Real Sociedad B, Xabi melangkah lebih jauh, menerima tawaran dari klub berjuluk Die Werkself.
Ketika memutuskan terbang ke Jerman, kondisi tim itu sedang terpuruk. Leverkusen terperangkap di posisi 17 klasemen Bundesliga pada Oktober 2022. Mau tidak mau, enggan tidak enggan, sudi maupun tidak sudi, Xabi mesti mendongkrak posisi Leverkusen terlebih dahulu. Hasilnya?
Xabi Alonso tak terkalahkan dalam 14 games sejak menukangi Bayer Leverkusen Oktober 2022 All Competition:
10 Win
4 DrawBayer Leverkusen di Bundesliga
Sebelum Alonso: 1️⃣6️⃣Setelah Alonso: 6️⃣✅
Bayer Leverkusen di #UEL
Lolos Semifinal ✅ pic.twitter.com/27m6XGB4q7— Siaran Bola Live (@SiaranBolaLive) April 30, 2023
Sangat di luar dugaan. Kini jelang laga kontra AS Roma di leg pertama, Leverkusen sudah nangkring di posisi keenam Bundesliga. Peringkat yang sudah cukup untuk membawa mereka ke minimal Liga Konferensi musim depan.
Die Werkself juga punya modal apik untuk menghadapi AS Roma. Anak buah Xabi baru kalah sekali dari 15 laga di Bundesliga. Adalah Cologne yang berhasil memutus rekor tak terkalahkan Leverkusen di 14 spieltag Bundesliga.
Xabi Membawa Leverkusen ke Semifinal Liga Eropa
Catatan mentereng di Bundesliga tak senada dengan kiprah Leverkusen di Eropa. Ya, memang harus ada yang dikorbankan bagi klub seperti Die Werkself. Mereka harus tersingkir dari Liga Champions. Untungnya, Leverkusen menempati peringkat ketiga di grup, jadi mereka masih punya kesempatan meraih titel Eropa.
Tak disangka, terpelanting dari Liga Champions dan bermain di kasta kedua Eropa ternyata diseriusi oleh Xabi Alonso. Orang Basque itu terus mendorong timnya menang di Liga Eropa. Mendapat privilege langsung ke 16 besar, Leverkusen menghadapi Ferencvaros.
Klub Hungaria itu tim sepele. Pasukan Xabi pun menang 4-0 dalam dua leg. Ujian sesungguhnya datang di perempat final. Union Saint-Gilloise jelas bukan lawan mudah. Ia sudah membuktikan dengan lolos ke perempat final dengan mengalahkan Union Berlin. Tapi anak asuh Xabi masih bisa menang cukup telak, dengan skor 5-2 dalam dua leg.
Perjalanan AS Roma ke Semifinal
Sementara itu, AS Roma adalah penghuni “asli” Europa League. Tapi mereka tidak bisa lolos langsung ke 16 besar. Giallorossi cuma menempati posisi kedua, kalah dari Real Betis. Alhasil, laga play off pun harus dilakoni pasukan Jose Mourinho. Di sana mereka bertemu musuh yang sulit, RB Salzburg.
Namun mentalitas i Lupi di tangan Mourinho berbicara. Dua gol dari Andrea Belotti dan Paulo Dybala memastikan Roma menang 2-0 di leg kedua. Kemenangan dramatis 2-1 pun diraih. Di babak 16 besar, Giallorossi mesti menghadapi Real Sociedad. Roma memetik kemenangan di leg pertama, sehingga hasil imbang di leg kedua tak berpengaruh apa-apa.
Melangkah ke perempat final, Roma bertemu lawan yang sedang naik daun. Feyenoord tengah menguasai Liga Belanda. Kekuatan pasukan Arne Slot akhirnya membuat Roma kalah 1-0 di leg pertama. Tapi sekali lagi, mentalitas Mourinho berbicara. Di leg kedua, giliran Roma kalahkan Feyenoord 4-1. Mengantarkan Mourinho bersua muridnya sendiri.
Taktik Xabi Alonso
Xabi sepertinya sudah siap lahir-batin berjumpa dengan sang guru. Orang Spanyol itu ternyata memiliki taktik yang tidak jauh berbeda dengan Mourinho. Xabi kerap memakai formasi 3-4-3. Ia mengubah Die Werkself menjadi tim yang mengandalkan serangan balik.
Dilansir The Analyst, serangan balik tim ini yang paling mematikan di Bundesliga. Namun, yang menarik, Xabi tidak hanya berpangku tangan pada counter attack, tapi juga penguasaan bola. Leverkusen adalah tim kelima dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi di Jerman, yaitu 52%. Hal dasar dalam strategi Xabi adalah mempertahankan penguasaan bola.
Tim dengan format 3-4-3 kerap kali akan sulit memberi tekanan efektif. Sebab biasanya akan mundur menjadi 5-4-1. Tapi yang dilakukan Xabi tidak demikian. Tiga pemain depan akan tetap bergerak menyempit, membatasi ruang di lini tengah, dan akhirnya memaksa lawan untuk bermain melebar.
Pola itu cenderung mustajab. Lawan akan sulit untuk menembus pertahanan Leverkusen. Di sisi lain, Leverkusen bisa menyerang balik lewat pemain-pemain andalannya seperti Jeremie Frimpong, Moussa Diaby, juga Florian Wirtz. Dua nama terakhir akan jadi kunci saat hadapi Roma.
Wirtz yang kembali dari cedera seketika nyetel dengan taktik Xabi. Orang ini sudah mencetak empat gol dan delapan asis di seluruh kompetisi musim ini. Moussa Diaby juga tak bisa disangkal adalah pilihan terbaik untuk mendukung serangan yang kuat. Ia sudah mencetak 14 gol, lima di antaranya di kompetisi Eropa, serta mencetak lima asis.
⭐️🔴 Xabi Alonso’s young stars are shining…
◎ Florian Wirtz (19) — 1 assist
◎ Moussa Diaby (23) — 1 goal
◎ Jeremie Frimpong (22) — 2 assists
◎ Adam Hložek (20) — 1 goal pic.twitter.com/tpn5rdMmpR— EuroFoot (@eurofootcom) February 11, 2023
Amine Adli yang mencetak gol melawan Ferencvaros juga perlu diperhitungkan. Adaptasi Adam Hlozek yang cepat setelah pindah dari Sparta Prague juga jadi tambahan amunisi Xabi.
Roma Parkir Bus Lagi?
Menghadapi Leverkusen yang kemungkinan akan mengandalkan penguasaan bola, Mourinho bisa jadi akan menerapkan taktik parkir bus seperti yang sudah-sudah. Tapi boleh jadi tidak demikian. Mourinho akan tetap mengandalkan format tiga bek. Bisa 3-4-2-1, 3-5-2, atau yang lain. Dengan kualitas pemain depannya, bisa jadi Mourinho justru berinisiatif menekan.
Ia punya Andrea Belotti, Paulo Dybala, Lorenzo Pellegrini, sampai Tammy Abraham. Strategi menekan lebih dulu ini terbukti saat menghadapi Feyenoord di leg kedua. Tapi itu situasinya Roma tertinggal. Di leg pertama nanti bisa jadi Roma akan bermain lebih pragmatis.
AS Roma meroket di babak tambahan! 🐺🔥
Pergantian Mourinho tepat sasaran, individu-individu tampil klinis. Pertahanan juga sukses membuat Feyenoord hanya mencetak satu gol malam ini.
Wakil Italia lainnya. 🇮🇹 pic.twitter.com/rSvTPuEcjG
— The Flanker (@theflankerID) April 20, 2023
Menang adalah tujuan Mourinho. Apa pun caranya. Lagi pula leg pertama, Roma yang akan jadi tuan rumah. Kalau benar begitu, ini bisa dimanfaatkan Leverkusen. Sebab lini bertahan Roma lumayan buruk. Giallorossi sudah kebobolan 33 gol di Serie A dan 10 gol di Liga Eropa.
Head to Head
Pertandingan ini akan sangat seru. Selain bertemunya Xabi dan Mourinho, sangat susah untuk memprediksi mana yang unggul.Rekor pertemuannya juga berimbang. Kedua tim baru bertemu empat kali. Dua laga berakhir imbang dan sisanya, kedua tim berbagi kemenangan.
Giallorossi menang saat menjamu Leverkusen. Begitu pula sebaliknya. Sebelum berjumpa, kedua tim juga baru saja menelan kekalahan. Bayer Leverkusen kalah dari Cologne, sedangkan i Lupi ditaklukkan Inter. Kendati demikian Roma sepertinya akan diunggulkan.
Selain mentalitas seorang Mourinho, laga yang akan berlangsung di Olimpico menguntungkan Giallorossi. Musim ini, di ajang Liga Eropa, tim Mourinho baru kalah sekali di kandang, tepatnya kala menghadapi Real Betis. Tapi rekor itu akan berseberangan dengan rekor lain.
Mourinho selalu menderita ketika menghadapi tim Jerman. Dari 21 laga melawan tim Jerman, Mourinho kalah 11 kali dan hanya menang tujuh kali. Well, bisakah Xabi Alonso memberi kekalahan untuk Mourinho di Olimpico?
Sumber: Bundesliga, SportEs, TheAnalyst, FoottheBall, PulseSports, Goal, Bundesliga2