Australia memang bukan negara sepak bola. Namun, salah satu klub Inggris, yakni Tottenham Hotspur berani mempercayakan masa depan klub kepada seorang pelatih asal negara tersebut. Setelah menjalani musim 2022/23 yang berantakan, Spurs memulai langkah awal menghadapi musim baru dengan merekrut Ange Postecoglou dari Celtic sebagai pelatih baru.
Ange, akan bergabung dengan skuad Tottenham per 1 Juli nanti. Dilansir The Athletic, Ange Postecoglou dikontrak empat tahun oleh Spurs. Itu menandakan kalau dirinya akan bertahan di London hingga 2027 mendatang. Kabarnya, Ange jadi pelatih asal Australia pertama yang menangani klub Liga Inggris. Lantas, apa yang membawa mantan pelatih Celtic itu ke Inggris?
Imigran yang Belajar dari Ferenc Puskas
Sebelum membahas lebih jauh soal mengapa Tottenham memilih Ange Postecoglou sebagai suksesor Antonio Conte. Alangkah baiknya kita berkenalan lebih dalam soal pelatih yang sempat melanglang buana di persepakbolaan Asia tersebut.
Bisa dilihat dari namanya, Ange Postecoglou bukanlah nama yang biasa digunakan oleh masyarakat Australia. Nama tersebut justru lebih mirip dengan gelandang asal Turki yang kini berseragam Inter Milan, Hakan Calhanoglu. Hal itu karena Ange bukanlah orang Australia asli. Jika ditelusuri, ternyata Ange merupakan seorang imigran dari Yunani.
Ange lahir di Nea Filadelfia, pinggiran Kota Athena, Yunani. Ia lahir dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya, Dimitris memiliki banyak bisnis di Yunani waktu itu. Namun, petaka pun datang pada tahun 1967 ketika terjadi kudeta militer di negaranya. Imbas tragedi itu, semua bisnis ayahnya bangkrut.
Situasi mencekam itu membuat keluarga Ange bermigrasi ke Australia pada tahun 1970. Ange yang kala itu masih berusia lima tahun pun harus merasakan keluarganya membangun kembali bisnisnya di Melbourne, Australia. Berada di negeri orang, ia berusaha membaur dan sepakbola jadi salah satu media untuk mencari teman.
Pria kelahiran 1965 itu akhirnya mulai menekuni sepakbola dengan bergabung klub lokal, South Melbourne saat berusia sembilan tahun. Saat menembus skuad utama South Melbourne, ia didik oleh legenda sepakbola, Ferenc Puskas. Ange banyak belajar tentang filosofi sepakbola dari penyerang asal Hungaria tersebut.
Melahap Sepakbola Asia
Singkat cerita, Ange Postecoglou menjalani karir sepakbola yang tak begitu istimewa. Namun, ia banyak mendapat ilmu kepelatihan dari Ferenc Puskas. Itulah yang membulatkan tekad Ange untuk tetap berkecimpung di dunia sepakbola sebagai seorang pelatih. Ia memulai karirnya dari asisten pelatih klub masa kecilnya, South Melbourne.
Ange baru mendapatkan posisi sebagai pelatih utama pada tahun 1996. Selama empat tahunnya melatih South Melbourne, pelatih kelahiran Yunani itu sukses menghadirkan dua gelar Liga Australia dan satu trofi Oceania Club Championship. Kegemilangannya itulah yang membawa Ange menuju kursi kepelatihan Timnas Australia pada tahun 2000.
Kegemilangannya berlanjut. Meski awalnya hanya menukangi tim nasional muda, Ange yang berhasil membawa The Socceroos menjuarai beberapa ajang kelompok umur akhirnya mencari tantangan baru ke kampung halamannya, Yunani. Ia menangani Panachaiki FC pada tahun 2008 sebelum akhirnya kembali ke Australia. Panachaiki tercatat sebagai klub Eropa pertama yang ditangani oleh Ange.
Kembali ke Australia, ia menangani beberapa klub seperti Brisbane Roar dan Melbourne Victory. Pengalaman dan prestasinya di sepakbola Australia membuatnya ditunjuk menjadi pelatih Timnas senior Australia. Tak disangka, Ange kembali menghadirkan trofi untuk The Socceroos. Pada tahun 2015, Piala Asia pun berhasil ia bawa pulang.
Merasa telah memenangkan segalanya di Australia, Ange Postecoglou merantau ke Negeri Sakura untuk melatih salah satu tim raksasa Liga Jepang, Yokohama F Marinos pada tahun 2018. Tak butuh waktu lama untuk membangun reputasi baik di negeri orang. Ange langsung mengantarkan tim yang krisis identitas menjuarai J-League musim 2018/19.
Sukses di Celtic
Pelatih yang pernah menangani Theerathon Bunmathan itu bertahan di Yokohama F Marinos hingga tahun 2021. Kemampuan Ange Postecoglou dalam mengelola tim cukup diakui di belantara sepakbola Asia. Setelah meraih berbagai gelar baik di level klub maupun tim nasional namanya mulai menggema hingga persepakbolaan Eropa.
Sempat jadi perbincangan beberapa klub Eropa, akhirnya Ange berlabuh ke Celtic, klub divisi teratas Liga Skotlandia. The Hoops jadi klub Eropa kedua Ange dalam karir kepelatihannya. Berkarir di Eropa, Ange tetap memegang teguh prinsipnya. Ia tak mudah puas hanya dengan kemenangan. Ia harus memberikan tujuan yang jelas pada klub, yakni sebuah gelar.
Meski tergolong orang baru di sepakbola Eropa, Ange membuktikan kalau dirinya bisa sukses di Liga Skotlandia. Dalam kurun waktu dua tahun, lima gelar domestik sukses diraihnya, termasuk Treble Winner Domestic musim 2022/23. Prestasi ini turut membawa klub tampil di Liga Champions.
Sekilas, ini jadi prestasi yang luar biasa bagi pelatih asal Asia seperti Ange. Namun, sebenarnya prestasi seperti ini terlihat biasa saja, karena klub yang bermarkas di Celtic Park itu adalah klub digdaya di persepakbolaan Skotlandia. Brendan Rodgers pun pernah melakukannya.
Dalam sedekade terakhir saja, The Bhoys sudah sembilan kali juara liga Skotlandia dan lima kali meraih Treble Winner Domestic. Bersama Rangers, Celtic terlalu over power di Skotlandia. So, treble domestik sudah jadi agenda tahunan bagi klub yang identik dengan gambar daun semanggi ini.
Kenapa Spurs Pilih Ange?
Maka dari itu, ketika Tottenham Hotspur memutuskan untuk menunjuknya sebagai pelatih baru, banyak yang meragukan kapasitas Ange Postecoglou. Perjalanan karirnya memang mirip dengan Arsene Wenger. Namun, beberapa pengamat sepakbola beranggapan kalau Ange belum layak untuk menangani klub besar yang bersaing di kompetisi sekeras Premier League.
Anggapan miring terhadap mantan pelatih yang pernah menangani Sergio van Dijk ini agaknya hampir benar. Karena Ange bukanlah opsi pertama Spurs. Seperti diketahui, The Lilywhites sebenarnya mengincar pelatih-pelatih sekaliber Luis Enrique, Julian Nagelsmann hingga Roberto De Zerbi. Sayangnya, nama-nama tersebut tidak mencapai kesepakatan dengan klub.
Jadilah nama Ange Postecoglou muncul sebagai harapan terakhir Spurs. Dilansir Football London, bos besar Spurs, Daniel Levy punya alasan tersendiri mengapa ia mempekerjakan Ange. Menurutnya, Ange bisa membawa mentalitas positif dan gaya permainan cepat dan menyerang yang sesuai dengan filosofi klub.
Selain itu, Levy menggemari filosofi kepelatihan Ange Postecoglou. Menurut bos Spurs tersebut, Ange memiliki rekam jejak yang kuat dalam pengembangan pemain. Ia juga memiliki pemahaman yang sama dengan klub soal pentingnya meregenerasi skuad menggunakan lulusan akademi sendiri.
Pembuka Jalan
Barangkali salah satu alasan yang membuat Spurs memilih Ange Postecoglou adalah pengalamannya dalam menangani pemain-pemain Asia. Kita ketahui, di skuad utama Spurs ada Son Heung-min yang berasal dari Korea Selatan. Performanya agak turun musim lalu dan di tangan Ange, kemungkinan Son bisa kembali menemukan performa terbaiknya.
Striker berusia 30 tahun itu dituntut untuk kembali ke performa terbaik guna memimpin lini depan Spurs. Terlebih, rumor kepergian Harry Kane kian santer terdengar. Isu ini diperkuat dengan wacana Ange yang ingin memboyong salah satu strikernya di Celtic, yakni Kyogo Furuhashi untuk menambal lubang yang ditinggalkan Kane.
Hubungan baik Ange dengan sepakbola Asia juga bisa dimanfaatkan sebagai jembatan bagi pesepakbola Asia yang ingin berkarir di Premier League. Gimana bung Ange? Di skuad muda Tottenham ada Gabriel Han, pemain keturunan Indonesia lho. Bisa kali dikasih menit bermain musim depan.
Sumber: The Athletic, Sporting News, Mirror, Football London, Goal