Brighton & Hove Albion menjalani start sempurna di Premier League musim 2023/2024 ini. Klub berjuluk The Seagulls itu bahkan meraih skor kemenangan identik di dua matchday pertamanya kala membantai Luton Town dan Wolverhampton Wanderers dengan skor telak 4-1.
Delapan gol hanya dalam dua pertandingan adalah bukti kedigdayaan Brighton yang untuk sementara menjadi pemuncak klasemen hingga pekan kedua Premier League. Untuk sementara pula, pasukan Roberto De Zerbi keluar sebagai tim paling produktif.
Harapan dan mimpi kemudian mulai dilambungkan. Banyak fans karbitan mulai menjagokan Brighton. Finish empat besar di akhir musim terasa realistis. Ada pula yang berharap mereka bisa meniru Leicester City menjuarai Liga Inggris.
Kepercayaan diri yang tinggi juga tengah menyelimuti skuad Roberto De Zerbi. Laju impresif mereka diprediksi masih akan berlanjut, termasuk saat menjamu West Ham United di pekan ketiga Premier League.
Diprediksi Sapu Bersih 3 Laga Awal, Brighton Dibungkam West Ham
Kebetulan, West Ham juga tengah menjalani start yang cukup bagus. Setelah ditahan imbang Bournemouth 1-1 di pekan pertama, West Ham meraih kemenangan mengejutkan di pekan kedua dengan memberi Chelsea kekalahan 3-1.
Walaupun kedua tim memiliki form yang sama bagusnya, tetapi pasukan Roberto De Zerbi jadi pihak yang lebih diunggulkan. Selain akan bermain di kandangnya sendiri di Falmer Stadium, The Seagulls juga punya rekor mentereng ketika berhadapan dengan The Hammers.
Dalam 12 pertemuan terakhir kedua tim, West Ham tak pernah menang melawan Brighton dengan rekor 6 kali kalah dan 6 kali seri. Catatan statistik itulah yang membuat Brighton jauh lebih diunggulkan dan membuat pasukan Roberto De Zerbi berada di atas angin.
Akan tetapi, ketika pertandingan kedua tim sudah berjalan lebih dari satu jam, skor justru menunjukkan hasil yang kontradiktif dengan segala prediksi dan statistik sebelum pertandingan. Brighton yang diunggulkan dan punya segala modal untuk menang justru tertinggal jauh dari sang tamu.
Tak tanggung-tanggung, West Ham United unggul 3 gol atas Brighton berkat sumbangan James Ward-Prowse di menit ke-19, Jarrod Bowen di menit ke-58, dan Michail Antonio di menit ke-63.
Gol yang ditunggu-tunggu oleh 31 ribu lebih pendukung yang memenuhi Falmer Stadium baru tercipta di menit ke-81 lewat sontekan jarak jauh Pascal Gross. Sayangnya, gol tersebut hanya sebatas gol hiburan. Ketika wasit Anthony Taylor meniup peluit, skor tak berubah. Brighton & Hove Albion 1, West Ham United 3.
Bagaimana Moyesball Bekerja dan Menjadi Antitesis Taktik De Zerbi
Sebuah kemenangan bersejarah bagi West Ham United yang sukses mematahkan kutukan. Namun di sisi lain, hasil laga tersebut berakhir menyakitkan bagi Brighton, apalagi ketika kita menilik lebih dalam ke statistik pertandingan.
Di laga tersebut, Brighton seharusnya menang segalanya. Mereka unggul penguasaan bola hingga 78%. Jumlah sentukan dan umpan juga lebih banyak. Pun begitu dengan jumlah tembakan yang mencapai 25 dengan 10 di antaranya tepat sasaran.
Di akhir pertandingan, pelatih Roberto De Zerbi kecewa dengan hasil akhir, tetapi tidak dengan performa anak asuhnya di lapangan. Menurutnya, Brighton tidak beruntung melawan West Ham. Meski begitu ia tak menampik kalau hasil laga tersebut membuatnya frustrasi.
Di laga tersebut kiper Alphonse Areola memang tampil gemilang dan membuat Brighton frustrasi dengan 9 penyelamatan yang membuatnya terpilih sebagai Man of The Match. Namun, di balik penampilan apik kiper Prancis tersebut, ada taktik David Moyes yang bekerja maksimal.
Taktik yang diusung kedua pelatih saling bertolak belakang. De Zerbi dengan penguasaan bola tinggi dan permainan menyerang yang atriktif, sementara Moyes dengan pragmatismenya yang mengandalkan serangan balik cepat. Tak ada yang salah dengan dua taktik ini, tapi Sabtu malam kemarin, Moyesball terbukti ampuh menjadi antitesis dari taktik Roberto De Zerbi.
Dengan jumlah penguasaan bola hanya 22%, West Ham harusnya tak punya banyak peluang. Wajar, sebab formasi 4-1-4-1 yang dipakai David Moyes bisa membuat The Hammers bertahan dengan empat hingga lima pemain di sekitar area kotak penalti.
Struktur pertahanan West Ham begitu kuat dan kokoh. Moyesball tak hanya membuat pemain bertahan West Ham berkumpul, tetapi juga berdiam diri di area pertahanan sendiri dengan menciptakan tembok yang sulit ditembus. Dengan taktik seperti itu, siapa juga yang tak akan frustrasi, apalagi jika sang kiper bermain gemilang.
Dengan taktik pragmatis tersebut, para pemain Brighton sulit mencari ruang kosong meskipun sudah mengirim banyak pemain ke area bertahan West Ham. Seperti kata David Moyes, “Brighton bermain sangat ofensif, yang mana sangat bagus, namun itu juga berarti dapat membuka ruang dan memberikan peluang melalui serangan balik.”
Menurut data dari Opta, Brighton memang menjadi lebih produktif semenjak ditangani Roberto De Zerbi, tetapi di sisi lain pertahanan mereka menjadi lebih keropos. Wajar saja, formasi dasar 4-2-3-1 akan menjadi 2-3-5 ketika Brighton masuk dalam fase menyerang. Transisi dari fase menyerang ke bertahan yang berisiko menimbulkan kesalahan fatal jadi titik lemah yang bisa dieksploitasi lawan dan Sabtu kemarin Moyesball berhasil membungkam taktik tersebut.
Lewat serangan balik cepat, West Ham menghukum Brighton. The Seagulls memang punya banyak pemain cepat yang bisa menutup ruang, tapi masalahnya The Hammers tidak banyak memainkan bola pendek saat fase transisi. Mereka lebih banyak mengirim umpan panjang yang mengincar ruang kosong.
Sejauh ini, direct-attack yang West Ham lancarkan berjalan cukup efektif. Sedikit momentum yang tercipta berhasil diselesaikan. Selama 97 menit laga melawan Brighton berjalan, The Hammers berhasil melepas 12 kali percobaan tembakan dengan 7 di antaranya tepat sasaran dan 3 di antaranya berakhir menjadi gol.
Kerja keras Antonio mencari ruang, serta kecepatan dua pemain sayap Bowen dan Benrahma menyisir lapangan adalah senjata utama The Hammers di bawah asuhan David Moyes. Ditambah lagi rekrutan anyar James Ward-Prowse yang langsung nyetel. Mereka semua sanggup mengeksekusi moyesball dengan sempurna.
Masih Terlalu Pagi Untuk Brighton Bermimpi
Kesederhanaan mengalahkan kompleksitas. Mungkin itulah kalimat yang pas untuk menggambarkan duel taktik David Moyes dengan Roberto De Zerbi. Sekali lagi, tak ada yang salah dengan dua taktik yang saling bertolak belakang tersebut dan bisa jadi kemenangan West Ham dan Moyes atas Brighton dan De Zerbi hanyalah keberuntungan belaka.
Akan tetapi, manajer lain mungkin bisa berterima kasih kepada David Moyes. Seperti kata The Athletic, “Brighton asuhan De Zerbi punya kelemahan taktis yang mulai bisa dieksploitas manajer lawan.”
Kekalahan atas West Ham juga seharusnya sudah cukup untuk membuat Brighton dan seluruh pendukungnya kembali membumi. Musim 2023/2024 baru saja dimulai, masih terlalu dini untuk menilai. Hal itu berlaku pula untuk West Ham dan para pendukungnya agar tak berlarut dalam suka cita.
Kita juga harus berterima kasih kepada David Moyes dan anak buahnya, sebab berkat mereka, Brighton dan para pendukung karbitan yang menjagokan The Seagulls menjadi juara Premier League musim ini bisa kembali membumi. Apa yang diraih David Moyes dan anak asuhnya adalah pengingat kalau masih terlalu pagi untuk bermimpi.
Referensi: Opta, Fotmob, The Athletic, WHU, SkySports.