Berita Bola Terkini

Situs Berita Bola Terkini

Mengapa Banyak Pemain Filipina di Liga Indonesia?

Musim baru Liga Satu Indonesia telah dimulai. Para klub bersolek dengan caranya masing-masing. Tak luput juga di musim baru ini, para kontestan juga harus memenuhi beberapa regulasi baru dari operator liga.

Salah satunya regulasi pemain asing yang baru. Dimana penggunaan satu pemain Asia Tenggara membuat klub ramai berbondong-bondong mencari kuota pemain tersebut. Namun apa yang terjadi? Ternyata para pemain Filipina lah yang laris manis mendominasi Liga 1 musim ini. Kok bisa?

Regulasi Baru PSSI

Ya, semua itu terjadi memang berkat regulasi baru yang ditetapkan PT LIB dan PSSI musim ini dengan kuota lima pemain asing plus satu pemain asing dari Asia Tenggara. Berbeda dengan musim lalu, kuotanya adalah tiga pemain asing, plus satu pemain asing dari Asia.

Dalam diskusi bertema “Untung rugi format baru kompetisi” di Jakarta, mantan Menpora kita yang terhormat, Zainudin Amali mengungkap latar belakang diberlakukannya satu slot untuk pemain Asia Tenggara di Liga 1.

Amali mengatakan, awalnya ide itu datang dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir supaya Liga Indonesia semakin banyak ditonton oleh masyarakat Asia Tenggara. Dari hak siar televisi di Asia Tenggara juga diharapkan mendapat pengaruh.

Menurut Amali, regulasi tersebut tidak hanya dilakukan di Liga Indonesia saja. Liga Thailand juga sudah mewajibkan tiga pemain asingnya dari Asia Tenggara. Liga Malaysia juga sama, harus merekrut satu pemain dari Asia Tenggara. Selain itu, momentum Indonesia jadi juara Sea Games juga merupakan pemantik. Tak dipungkiri nama Indonesia kini sedang harum-harumnya di mata sepakbola Asia Tenggara.

Mengulang Masa Lalu

Dengan adanya regulasi pemain Asia Tenggara ini, mengingatkan pecinta sepakbola lokal tentang kiprah para legiun asing Asia Tenggara yang merumput di Liga Indonesia. Sebut saja dulu ada David Lee dan Fandi Ahmad yang pernah gabung Niac Mitra.

Ada juga eksodus besar-besaran para bintang Singapura macam Precious Emuejeraye, Baihakki Khaizan, Fahrudin Mustafic, Muhammad Ridhuan, hingga Noh Alam Shah. Tak hanya Singapura, dulu Persib juga pernah punya kiper dari Thailand, Kosin Hattairatanakool. Pelita Jaya dulu tak ketinggalan, mereka pernah mengontrak bintang Malaysia, Safee Sali.

Dampak Pemain Asia Tenggara Di Liga Indonesia

Lalu apa dampaknya? Apakah hanya jadi pelengkap saja? Faktanya selama ini tak hanya jadi pelengkap. Lihat saja fenomena ketika Muhammad Ridhuan dan Noh Alam Shah berjaya menjadi bintang yang mengantarkan Arema Indonesia juara Liga.

Begitupun di beberapa musim terakhir. Sebelum adanya regulasi pemain ASEAN ini, Persib dan Barito sudah dihuni pemain seperti Daisuke Sato dan Mike Ott. Menurut pemilik Barito, Hasnuryadi Sulaiman keberadaan Mike Ott justru sangat penting bagi tim. Maka dari itu, Ott diperpanjang kontraknya musim ini bukan hanya karena kuota Asean, tapi juga performa.

Begitupun Daisuke Sato, bek sayap Persib itu disukai etos kerjanya oleh Luis Milla. Menurut Rachmat Irianto, kedatangan Daisuke Sato justru memantik daya saing. Jadi, para pemain lokal di Persib harus kerja lebih keras lagi untuk bersaing.

Jika menurut komentator sepakbola Bung Kusnaeni, justru transfer knowledge dan pengalaman antarpemain serumpun akan jadi salah satu dampak yang menguntungkan. Menurutnya, selain hak siar dan penonton Asean yang bertambah, untuk para scouting tim juga bisa banyak belajar menemukan bintang Asean yang pas bagi timnya.

Pemain Filipina Kualitas Eropa

Di musim ini, ada fenomena baru yakni maraknya para pemain dari Filipina yang merumput di Liga Indonesia. Melihat fenomena ini justru memunculkan pertanyaan baru, kenapa Filipina?

Yang pertama adalah mereka keturunan Eropa. Ya, legiun asing Filipina yang merumput di Liga 1 musim ini didominasi oleh para pemain naturalisasi dari Eropa. Jadi, tim di Liga 1 selain bisa memenuhi kuota regulasi soal pemain ASEAN, juga bisa mendapatkan pemain dengan kualitas dan fisiknya mirip pemain Eropa.

Beberapa dari pemain Filipina ini juga pernah merasakan atmosfer Liga Eropa, lho. Seperti Kike Linares bek baru PSM Makassar yang sempat bermain di Liga Spanyol kasta Segunda bersama Ud Montijo.

Ada juga pemain baru Barito, Carli De Murga yang pernah bermain bersama Cadiz FC di usia muda. Bek baru Persita, Christian Rontini juga pernah merumput di Serie D Liga Italia bersama Sangiovannese.

Harga Miring

Sudah kualitas Eropa harganya miring pula. Ya, masalah harga pasaran para pemain Filipina yang terjangkau juga jadi faktor kenapa tim-tim di Liga 1 merekrutnya. Lihat saja Kike Linares yang harga pasarnya menurut Transfermarkt hanya Rp2,17 miliar saja. Kemudian Christina Rontini yang hanya Rp1,1 miliar. Begitupun Carli De Murga yang hanya Rp1,74 miliar.

Harga pasaran para pemain Filipina itu jika dibandingkan dengan para bintang lokal pun, masih berbeda jauh. Misal saja Ricky Kambuaya. Gelandang timnas yang baru saja pindah dari Persib ke Dewa United harga pasarannya menurut Transfermarkt mencapai Rp4,78 miliar.

Berlabel Timnas dan Masih Muda

Selain harga miring dan kualitas fisik yang mirip pemain Eropa, faktor bintang timnas dan usia juga jadi pengaruh. Ya, para pemain Filipina yang merumput di Liga 1 musim ini sebagian besar adalah bintang timnas Filipina.

Mereka adalah Kike Linares, Christian Rontini, Mike Ott, Daisuke Sato, Carli De Murga, dan Dylan De Bruycker. Sementara itu, Simon Lyngbo bek baru Persik, Anthony Pinthus kiper baru PSS, dan juga Kenshiro Daniels striker RANS pernah menjadi pemain timnas Filipina di Piala AFF 2022 lalu. Mereka bahkan pernah bertemu Timnas Indonesia ketika Filipina kalah 1-2 di Rizal Memorial Stadium.

Selain berlabel timnas, rata-rata usia mereka juga terbilang tak terlalu tua. Dari total 11 pemain Filipina yang merumput di Liga 1 musim ini, hanya dua orang yang menyentuh usia 30 tahun. Mereka adalah Carli De Murga (34 tahun) dan Diego Bardanca (30 tahun) bek baru Persis Solo. Selebihnya, rata-rata usianya di bawah 30 tahun.

Apakah Mereka Bisa Sukses?

Dari beberapa pemain Filipina tersebut, apakah mereka bisa sukses di Liga Indonesia? Kalau melihat track record-nya, para pemain Filipina yang merumput di Liga Indonesia sebenarnya tidak terlalu baik, bahkan cenderung memiliki rapor buruk.

Sebagai contoh ada Jason De Jong yang gagal karena sikap indisiplinernya kala membela Persiba Balikpapan di 2011 lalu. Ada juga Omid Nazari yang hanya ciptakan satu gol saja dalam 20 penampilannya selama berbaju Maung Bandung.

Namun, kini dengan gol perdana dari Christian Rontini di pekan kedua antara Persita vs PSIS, membuat optimisme tersendiri bagi kiprah para legiun asing Filipina di Liga 1. Daisuke Sato dan Mike Ott buktinya juga sudah bertahan sejak musim lalu. Bisa dikatakan ada bagusnya juga klub-klub Liga 1 merekrut para pemain dari Filipina.

Sumber Referensi : indosport, skor, bolatimes, liputan6, kaltimpost, bolanusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *