Berita Bola Terkini

Situs Berita Bola Terkini

Mantan Pelatih Al-Nassr Latih Napoli, Keputusan Tepat atau Ceroboh?

Napoli berbenah. Klub asal kota Naples itu kini punya nahkoda baru. Luciano Spalletti yang telah mempersembahkan periode gemilang bagi Il Partenopei musim ini, lebih memilih cabut. Kini yang menjadi pertanyaan, kenapa Napoli malah menunjuk sosok pelatih yang kurang populer? Ya, dia adalah pelatih yang musim ini dipecat oleh klub sekelas Al-Nassr, Rudi Garcia.

Proses Penunjukan Rudi Garcia

Tak ada angin tak ada hujan, sang presiden yang juga mantan sutradara film itu malah memilih jalan cerita baru untuk Napoli. Menurutnya, mencapai Scudetto musim ini adalah awal dari kejayaan yang harus dievaluasi. Aurelio de Laurentiis menilai klubnya hanya larut dalam euforia dan cepat merasa puas. Inilah yang ditakutkannya.

Nah kehadiran pelatih baru, menurutnya akan membuat tim ini lebih bekerja keras dengan cara baru, demi mempertahankan apa yang mereka raih musim ini. Lalu kenapa kok yang ditunjuk sosok Rudi Garcia?

De Laurentiis membeberkan alasannya. Alasan pertama lantaran Rudi Garcia adalah pelatih yang masih nganggur dan punya nilai kontrak dan gaji yang tak terlalu tinggi. Tapi yang membuat lucu, sang presiden baru intens menghubungi Garcia hanya 10 hari terakhir sebelum kontrak kerjasama diteken.

Bagaimana bisa hanya dengan waktu sesingkat itu sang presiden mampu yakin bahwa Garcia adalah orang yang tepat bagi timnya? Inilah yang sampai saat ini masih diragukan.

Apa Sih Prestasi Garcia?

Tapi faktanya, yang dibayangkan tentang track record Rudi Garcia tak selamanya meragukan. Nama Rudi Garcia pernah moncer setelah tim besutannya Lille mampu menjadi kampiun di Ligue 1 dan Coupe de France musim 2010/11.

Sejak saat itu, ia dinilai pelatih hebat yang mampu mengangkat pemain seperti Hazard maupun Gervinho jadi bintang yang bernilai tinggi. Namun sayang, selama kariernya hanya dua trofi itu yang pernah diraihnya. Namun, soal prestasi selain trofi, banyak juga yang spesial dari Garcia. Termasuk apa yang ia lakukan bersama Roma, Marseille, maupun Lyon.

Kemampuan Garcia Di Roma Dan Marseille

Pasca dari Lille, Garcia mencoba peruntungan di AS Roma selama dua setengah musim. Dua musim pertama ia mampu mengantarkan Giallorossi finish runner up Serie A secara back to back. Yang lebih spesialnya lagi, ia mampu mencatatkan rekor 10 kemenangan beruntun di AS Roma di musim pertamanya.

Tak hanya itu, dari rasio poin rata-rata per pertandingan Garcia juga termasuk yang tertinggi selama di AS Roma, yakni 1,99 per laga (189 poin). Statistiknya selama di Serie A itulah yang mungkin membuat De Laurentiis kepincut.

Lalu bagaimana kiprah Garcia di kompetisi Eropa? Mengingat Napoli akan berlaga di Liga Champions musim depan. Rudi Garcia ini ternyata pernah juga lho melaju hingga partai final Europa League kala mengasuh Marseille pada musim 2017/18. Ketika itu, gelandang andalannya adalah gelandang yang dipunyai Napoli saat ini, Andre Zambo Anguissa.

Tak hanya di Europa League, di Champions League pun tuah Garcia patut diacungi jempol. Ia mampu melangkah ke babak semifinal bersama Lyon, setelah menyingkirkan Manchester City di musim 2019/20.

Track Record Dipecat

Dengan berbagai catatan prestasi Rudi Garcia tersebut, pertanyaannya kok pelatih itu jarang awet di sebuah tim? Faktanya dalam perjalanan karirnya sebagai pelatih, tak jarang ia mengalami takdir pemecatan. Artinya, ada yang kurang beres dari track record pelatih yang satu ini.

Di Roma, ia dipecat karena hasil buruk dan hubunganya yang mulai tak baik dengan pemilik, James Pallotta. Ia bahkan blak-blakan mengatakan bahwa ia merasa dikhianati karena Pallotta diam-diam mempersiapkan Spaletti sebagai suksesornya.

Di Lyon ia pernah punya track record buruk di ruang ganti. Ia dianggap oleh manajemen Lyon makin mengeruhkan suasana ruang ganti karena cekcok dengan para pemain kunci.

Hal itu juga sama kejadiannya ketika ia di Al-Nassr. Ketika diisukan cekcok dengan Cristiano Ronaldo, ia akhirnya juga dipecat. Dari track record buruk itulah, ia kemudian diragukan untuk bisa awet menukangi Napoli. Karena bagaimanapun presiden Napoli itu wataknya juga sama kerasnya dengan Garcia.

Keberlanjutan Sistem Permainan Napoli Pasca Spalletti

Lalu apa dong yang diharapkan dari Rudi Garcia di Napoli? Sesuai permintaan sang presiden, Napoli akan dibawanya menjadi klub yang berkelanjutan secara sistem permainan. Kita tahu di bawah Spalletti, Napoli jadi tim yang atraktif dan menyerang.

“Saya sudah berpikir pasca Scudetto untuk mencari siapa pelatih yang cocok dengan sistem 4-3-3. Banyak sebenarnya yang memiliki kriteria tersebut, namun yang terpenting penunjukan Garcia ini tak jauh dari sistem yang kami inginkan,” kata De Laurentiis.

Permintaan Rudi Garcia

Pasca ditunjuk De Laurentiis, Rudi Garcia langsung menyatakan bahwa ia tak takut dibayang-bayangi kesuksesan Spalletti. Bahkan ia menganggap penunjukan ini seperti sudah digariskan oleh Tuhan kepada dirinya.

Rudi Garcia kini dihadapkan pada situasi skuad Napoli yang tidak menentu musim depan. Sebab para pilar Napoli musim ini seperti Kim Min Jae maupun Victor Osimhen berpotensi untuk hengkang. Di sisi lain, juru transfer Napoli, Cristiano Guintoli juga berpotensi akan hengkang ke Juventus.

Namun pelatih Prancis itu tak khawatir. Ia sudah punya ancang-ancang dan memiliki permintaan khusus pada Laurentiis. Menurut La Gazzetta dello Sport dan Il Corriere dello Sport, Garcia meminta agar Kvaratskhelia dan Osimhen tak dijual. Sementara kalau Kim Min Jae hengkang, Garcia minta De Laurentiis untuk mendatangkan Giorgio Scalvini dari Atalanta.

Masih Perkasa Dengan Pelatih Buangan?

Well, Rudi Garcia memang belum bekerja. Tapi setidaknya publik bisa menerawang apa yang ia akan ia lakukan di musim debutnya bersama Il Partenopei.

Masih menggunakan formasi 4-3-3, bermain atraktif dan menyerang, pasti akan dilakukannya. Soal komposisi pemain, inilah yang nantinya akan mempengaruhi apakah format yang akan dijalankannya itu berhasil atau tidak.

Yang terpenting dari itu semua sebenarnya adalah keharmonisan komunikasi. Baik antara dirinya dengan pemain maupun dirinya dengan pemilik. Karena bagaimanapun track record Garcia buruk kalau soal itu.

Napoli yang superior musim ini tentu diharapkan akan lebih menggebrak lagi musim depan. Konsistensi keperkasaan mereka akan terus diuji. Ditambah penampilan mereka di Eropa musim depan juga sangat dinanti.

Jadi, sanggupkah pelatih buangan Liga Arab ini membuat Napoli kembali perkasa dengan caranya sendiri? Ataukah jangan-jangan ini adalah awal dari kehancuran Napoli musim depan?

Sumber Referensi : theathletic, transfermarkt, apnews, theathletic

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *