Berita Bola Terkini

Situs Berita Bola Terkini

Kalahkan Marseille, Tim Antah Berantah RC Lens Masuk Liga Champions?

Kedua kalinya RC Lens mengalahkan Olympique Marseille di Liga Prancis. Tim berjuluk Les Sang et Or itu menumpas perlawanan satu-satunya tim di Ligue 1 yang pernah menjuarai Liga Champions itu 2-1. Sebelumnya, di markasnya sendiri, Marseille juga kalah dari Lens 1-0.

RC Lens pun menggusur Marseille dari peringkat kedua Ligue 1. Sampai pekan ke-34, Lens mengumpulkan 72 poin. Memang, poinnya terpaut cukup jauh dari PSG di puncak klasemen. Namun, dengan menduduki peringkat kedua saja, ini langkah paripurna bagi Lens.

Apabila tidak terusik oleh tim lain, RC Lens akan lolos ke Liga Champions secara langsung. Sebab di Ligue 1, peringkat satu dan dua mendapat tiket otomatis ke fase grup Liga Champions Eropa.

Pertanyaannya, mengapa RC Lens musim ini bisa sangat perkasa? Padahal Lens bukanlah tim yang digdaya di Liga Prancis, tidak seperti Lille, Marseille, Olympique Lyon, maupun Rennes dan Nantes?

Pernah Dihukum Degradasi

Jauh sebelum sekuat sekarang, Lens adalah tim pesakitan. Mereka pernah mengalami pahitnya sebuah degradasi. Pada musim 2014/15, promosi Lens di musim sebelumnya dianggap bermasalah.

Sochaux yang pada saat Lens promosi berada di peringkat 18 dan degradasi keberatan dengan apa yang dilakukan mantan klubnya Raphael Varane itu. Mereka pun mengajukan perkaranya ke pengadilan. Promosinya Lens ke Ligue 1 sejatinya telah dua kali ditolak pengawas sepak bola Prancis, DNCG, karena kurangnya stabilitas keuangan.

Temuan DNCG itu akhirnya diratifikasi oleh Federasi Sepak bola Prancis (FFF). Banding yang dilakukan Sochaux dikabulkan Pengadilan Administratif Besancon. Diputuskan bahwa promosi Lens di Ligue 1 dianggap tidak sah. Akhirnya, pada musim 2014/15, tanpa mengindahkan di peringkat berapa Lens berada, tim itu tetap terdegradasi.

Mendapat Keberuntungan Promosi

Semasa bertarung di kasta kedua Liga Prancis, Lens pernah mengalami masa-masa buruk, tepatnya pada musim 2017/18. Lens waktu itu bahkan selalu menelan kekalahan dalam tujuh pertandingan awal. Namun, setelah itu Lens pelan-pelan mulai bangkit. Musim berikutnya, Lens sejatinya berkesempatan untuk promosi ke Ligue 1.

Finis di posisi kelima, Lens mesti menghadapi Dijon FCO di babak play off promosi. Sayangnya, Lens waktu itu kalah. Promosi pun harus tertunda. Musim berikutnya, menjadi sebuah keberkahan bagi RC Lens. Klub yang pernah diperkuat Thorgan Hazard itu bisa langsung promosi di musim 2019/20.

Pandemi Covid-19 yang juga melanda Prancis waktu itu membuat otoritas Liga Prancis menghentikan kompetisi Ligue 1 dan Ligue 2 lebih cepat. Waktu itu, Lens berada di peringkat kedua. Hanya ada dua tim dari Ligue 1 yang terdegradasi, yaitu Amiens dan Toulouse. Sementara Lens dan Lorient naik ke Ligue 1, tidak ada laga play off.

Lens Tak Pernah Terlempar dari 10 Besar

Promosi lagi ke Ligue 1 di era pandemi semacam titik balik kebangkitan RC Lens. Les Sang et Or langsung menjadi tim yang luar biasa sejak bergulirnya musim 2020/21. Lens bahkan tak pernah terlempar dari posisi 10 besar di tangga klasemen.

Pada musim 2020/21, musim di mana Lens bermain untuk pertama kalinya di Ligue 1 setelah terdegradasi, tim itu berhasil finis di posisi ketujuh. Hal yang sama diulangi RC Lens pada musim berikutnya. Mereka mengakhiri musim 2021/22 dengan total 62 poin.

Musim 2022/23, alih-alih merosot, tim yang bermarkas di Stade Bollaert-Delelis itu makin memikat saja. Mereka masih bertengger di posisi kedua. Sebuah lonjakan klasemen yang luar biasa. Apa yang membuat RC Lens bisa sehebat itu?

Kehadiran Pelatih yang Nyetel

Sejak 2018, Lens dilatih oleh pelatih kawakan. Ia adalah orang yang mengantarkan Toulouse pada musim 2022/23 menjuarai Coupe de France. Orang itu adalah Philippe Montanier. Pria kelahiran Vernon, Prancis tersebut adalah mantan pelatih Nottingham Forest. Sebelum menukangi Lens, ia pernah melatih Timnas Prancis U20.

Setelah ditunjuk menjadi pelatih, Montanier berjibaku mengantarkan Lens promosi kembali. Usai dipastikan promosi pada musim 2019/20, Lens justru berpisah dengan Montanier. Alih-alih mendatangkan pelatih baru yang sarat pengalaman, Lens justru mempromosikan pelatih cadangan, Franck Haise.

Karier Haise sebagai pemain tak spektakuler. Ia juga tak punya portofolio mentereng sebagai manajer. Haise sebelumnya “cuma” bekerja di Lens B. Ia juga pernah mengambil posisi sebagai asisten manajer Lorient. Dipromosikan sebagai pelatih tim utama merupakan lonjakan karier yang dahsyat baginya.

Kualitas Franck Haise

Gaya bermain dan taktik Haise berbeda dengan Montanier. Jika manajer Toulouse itu suka dengan formasi empat bek, Haise adalah penganut mazhab tiga bek. Ia menerapkan formasi 3-4-1-2 di musim pertamanya melatih Lens. Formasinya ternyata manjur. Lens bahkan bisa mengalahkan PSG 1-0.

Tidak hanya itu. Lens di musim pertamanya di Ligue 1 setelah degradasi, tampil begitu memesona. Tim ini mengoleksi 13 kemenangan dan hanya kalah delapan kali ketika kembali ke Ligue 1 setelah lima tahun lamanya. Skema tiga bek itu masih dipakai Haise pada musim ini.

Ia barangkali merasa, formasi tersebut sudah cocok dengan para pemain Lens. Musim 2022/23, Lens tidak banyak mendatangkan pemain hebat. Namun, ada beberapa yang menjadi perhatian. Salah satunya Brice Samba, kiper yang datang dari Nottingham Forest. Soal sebagus apa dia, kita ulas nanti.

Balik lagi ke Haise. Pria kelahiran 1971 tersebut menawarkan permainan yang jelas. Gaya bermain Haise menitikberatkan pada sirkulasi bola di dalam. Umpan silang menjadi cara yang selalu dipakai untuk menciptakan peluang. Uniknya, gaya bertahan yang diterapkan Haise juga tak menentu alias disesuaikan dengan lawan yang dihadapi.

Pertahanan Kokoh

Pola bertahan yang cenderung adaptif itu bikin pertahanan Lens musim ini sangat kokoh. Malahan tidak berlebihan kalau menyebutnya yang terbaik di Ligue 1 musim ini. Hal itu dibuktikan dengan sedikitnya jumlah gol yang masuk ke gawang RC Lens. Tim yang awalnya dikuasai pengusaha batu bara itu, sampai pertandingan ke-34 baru kebobolan 26 gol saja.

Jumlah kebobolan itu menjadi yang paling sedikit dari semua tim di Ligue 1. PSG saja musim ini sudah kebobolan 35 gol. Kokohnya pertahanan Lens tak lepas dari soliditas yang dibangun Kevin Danso, Facundo Medina, dan Jonathan Gradit. Haise terkesan dengan mereka. Meski ketiganya memiliki bahasa yang berbeda, tapi sudah mengenal satu sama lain.

Selain itu, Brice Samba juga tampil membahana di bawah mistar. Kiper kelahiran Kongo itu, menurut Fbref, mencatatkan nirbobol terbanyak di Ligue 1 sejauh ini, yaitu 14 clean sheets. Jumlah itu sama dengan kiper Reims, Yehvann Diouf, tapi unggul dari Donnarumma (12) dan Steve Mandanda (10).

Minim Gol, tapi Efektif

Kokohnya pertahanan tak diimbangi dengan serangan yang tajam. Buktinya, Lens satu dari empat tim papan atas yang mencetak gol paling sedikit, yaitu 57 gol. Uniknya, karena walau golnya sedikit, mereka bisa duduk manis di posisi kedua. Lalu apa istimewanya?

Serangan RC Lens memang tak tajam, tapi efektif. Hampir sebagian besar gol berasal dari sang striker, Lois Openda yang sudah mengemas 19 gol dari 34 laga. Tapi bukan ia saja yang berperan. Florian Sotoca juga berkontribusi dalam serangan Lens. Ia mengemas enam gol dan sembilan asis dalam 34 laga.

Medina juga tampil luar biasa. Walau seorang bek, ia berperan dalam distribusi bola. Tak ayal menurut Fbref, jarak distribusi bolanya yang terluas dari semua pemain Ligue 1, yaitu 7100 meter. Lebih baik dari Arthur Theate (6918 meter) dan rekannya sendiri, Kevin Danso (6128 meter).

Tampil Apik di Laga Kandang, yang Terbaik Musim Ini

Lens bisa sampai ke peringkat kedua karena anak buah Haise selalu memaksimalkan laga kandang. Musim ini dari 17 laga kandang di liga domestik, 15 kali Lens memetik kemenangan dan baru sekali kalah. Itu lebih baik dari PSG yang sudah kalah tiga kali di markasnya sendiri musim ini.

Dengan itu, jumlah kekalahan Lens menjadi paling sedikit di Ligue 1, yaitu empat kali dari 34 laga. Lens telah melampaui ekspektasi sebagai tim bau kencur. Lewat permainan sepak bola fungsionalistik dan mengedepankan efektivitas, Les Sang et Or di atas kertas, layak disebut sebagai “tim terbaik dari yang lain” di Prancis musim ini.

RC Lens hanya perlu merawatnya. Jika tiada aral melintang, musim depan Lens sudah berada di fase grup Liga Champions. Kalau itu terjadi, tantangan menjadi sulit. Lens membutuhkan kedalaman skuad untuk mengarungi jadwal yang lebih padat lagi. Mereka mesti pandai mengatur finansial dan menimba keuntungan, andai pilar-pilar penting memutuskan tak lagi bertahan.

Sumber: Ligue1, AnalyticsFC, ESPN, TheGuardian, GFNF, PerformanceAnalysisUK, Fbref

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *