Berita Bola Terkini

Situs Berita Bola Terkini

James Milner, Si Pembenci MU yang Tak Kenal Pensiun

Siapa yang tak kenal James Milner. Mantan pemain Liverpool yang sudah malang melintang di beberapa klub Liga Inggris. Berbagai gelar dan rekor pun sudah ia raih, bahkan hingga usianya yang sudah menginjak 37 tahun.

Uniknya di usia segitu, ia belum berniat untuk pensiun. Keunikan lainnya yang tak kalah menarik, selain versatile ia juga ternyata adalah seorang pembenci Manchester United. Lalu kenapa sih bisa sampai segitunya Milner sama MU?

Background Keluarga Milner

Milner lahir di daerah Yorkshire Inggris, yakni daerah yang lekat dengan klub sepakbola Leeds United. Ia lahir dari orang tua yang merupakan seorang penggemar fanatik Leeds. Terbukti dari tiket musiman nonton Leeds di Elland Road yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.

Milner kecil dididik untuk seimbang antara pendidikan dan olahraga. Milner kecil sudah dimasukan ke akademi Leeds oleh ayahnya. Namun, sang ayah mensyaratkan Milner untuk tetap belajar setiap minggunya ke sekolah tiap selesai bermain sepakbola. Maka dari itu, tak heran jika ia merupakan salah satu pesepakbola berpendidikan. Terbukti dari gelar sarjana matematika yang ia raih.

Leeds United dan Warna Merah

Milner kecil sudah banyak dicekoki orang tuanya seputar kefanatikan terhadap Leeds. Milner pun otomatis melahap mentah-mentah doktrin orang tuanya itu. Terlebih lingkungan pertemanannya di sekolah maupun akademi juga adalah orang-orang Leeds.

Salah satu doktrin yang dibuat ayahnya ketika Milner kecil adalah jarang adanya ornamen warna merah di rumahnya, maupun pakaian berwarna merah yang diberikan kepada Milner. Hal itu diakui sendiri oleh Milner dalam wawancaranya bersama Fourfourtwo 2018 silam.

Ia mengatakan bahwa benar ayahnya sedari kecil sudah menanamkan sikap anti warna merah. Apa artinya? Merah adalah warna yang identik dengan klub rival sengit Leeds, Manchester United. Asal tahu saja, rival MU itu tak hanya City atau Liverpool, melainkan Leeds. Bahkan rivalitas itu bersemi sejak tahun 60-an.

Nah, mau tidak mau sejak kecil Milner sudah menjadi fans garis keras Leeds. Ia mengidolakan seorang Alan Smith, striker Leeds waktu itu. Walaupun akhirnya ia kecewa dengan idolanya tersebut karena sempat berkhianat dengan berseragam MU.

Gabung Dengan Klub Rival MU

Sikap Milner yang anti-MU itu kemudian ia aplikasilkan dengan serius dengan meniti karir sebagai pemain Leeds United. Ia masuk tim muda Leeds sejak 1996, dan kemudian promosi ke tim senior pada 2002 silam saat masih berusia 17 tahun.

Namun nasib kurang mujur dialami Milner di Leeds. Ia tak lama membela tim tanah kelahirannya itu. Pasalnya setelah ia kembali dari masa peminjaman di Swindon FC, Leeds akhirnya terdegradasi di musim 2003/04.

Apa boleh buat, ia yang masih muda dan ingin meniti karir yang lebih baik, kemudian memutuskan untuk hijrah. Klub yang dipilihnya adalah Newcastle. Singkat cerita, di The Magpies-lah karir Milner mulai merangkak naik sampai akhirnya dibeli oleh Aston Villa pada 2008.

Nah sejak gacor bersama The Villans, ia akhirnya dipinang Manchester CIty pada tahun 2010. Sejak itulah Milner merasakan kembali bau-bau rivalitas yang tertanam sejak kecil, yakni membenci MU.

Bermusim-musim ia telah menjadi bagian dari Manchester City. Ayah Milner juga sangat senang anaknya itu jadi bagian dari tim perusak hegemoni MU di Liga Inggris.

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk hijrah ke tim rival MU lainnya, Liverpool pada 2015. Disitulah pertanyaan mengemuka, “Katanya anti merah? kok masuk klub yang juga identik dengan merah?”

Kaos Merah Pengecualian

Begitulah sepenggal pertanyaan yang mengemuka ketika wawancara Milner dengan Fourfourtwo 2018 silam. Milner pun lantas menjawabnya dengan santai. Ia mengatakan bahwa baru kali ini ayahnya senang dan tertawa lebar melihat anaknya memakai kaos warna merah. Ya, karena itu adalah kaos Liverpool, sang musuh bebuyutan MU juga.

Liverpool adalah pengecualian bagi orang tua Milner yang sedari kecil mendidiknya anti warna merah. “Memang benar dari dulu saya selalu nurut apa kata ayah saya dengan tak memakai kaos berwarna merah. Sekalinya pun itu adalah jersey timnas Inggris, dan itu tak masalah,” kata Milner.

Saling Ejek

Di Liverpool, Milner meraih gelar Liga Champions pertamanya. Ia juga menjadi bagian dari pemutus rekor puasa gelar 30 tahun Liverpool di Liga Inggris. Saking hebohnya menjadi bagian dari kesuksesan Liverpool, sampai-sampai ia menyulut api kemarahan para fans MU.

Kejadian itu terjadi ketika perayaan gelar juara Liga Inggris Liverpool di Anfield pasca laga melawan Chelsea yang berkesudahan 5-3. Di stadion yang kosong karena pandemi covid itulah, selebrasi pun digelar seluruh skuad Liverpool.

Termasuk apa yang dilakukan oleh Georginio Wijnaldum dengan kamera ponselnya. Ia melakukan sesi live di Instagram pribadinya. Nah, dari sinilah terekam ketika kamera ditujukan kepada Milner. Sontak Milner berkata dalam luapan kegembiraan, “Ini pertama kalinya saya menginginkan pita merah ada di piala ini. Selama ini selalu saja MU. Dasar banci!” Kata Milner.

Dari perkataan itulah, sontak reaksi para fans MU pun marah. Para fans MU lantas membanjiri sosial media dengan mengejek balik Milner. Ejekan itu sebagian besar mengungkapan bahwa selama 30 tahun ini ternyata di otak Milner masih saja memikirkan MU.

Menurut fans MU, itu adalah sebuah penghargaan. Tak lupa juga para fans MU juga menyinggung klub terdahulu Milner yakni Leeds yang sudah lama tak promosi ke Liga Inggris, dan Manchester City yang sudah lama tak dapat gelar Liga Champions.

Pernah Dukung MU

Meski dikenal membenci MU, pada suatu hari Milner pernah terciduk memberi dukungan pada Manchester United. Tepatnya pada April 2019, saat Manchester United menghadapi Manchester City. Waktu itu, Liverpool, timnya Milner bisa memperlebar kesempatan juara Liga Inggris musim 2018/19 jika City kalah.

Alhasil ketika dimintai pendapat Sky Sports, Milner sontak menjawab mendukung MU. Namun ia mengatakan, itu adalah pertama kalinya seumur hidup dan ia tak akan mengulanginya lagi. Menurutnya ini adalah tuntutan kondisi. Ia pun mengatakan pada Sky Sports bahwa ia mendukungnya pun setengah hati.

“Saya tidak akan menontonnya karena hanya membuang-buang tenaga. Mungkin saya akan menjauhkan ponsel saya selama beberapa jam. Saya juga tak tau harus berbuat apa selama pertandingan itu berlangsung. Mungkin pergi sebentar keluar membeli makanan,” kata Milner kepada Sky Sports.

Rekor dan Pensiun

Terlepas dari sebuah kebencian yang melekat dalam diri Milner sejak kecil terhadap MU, ia tetap adalah salah satu pemain dengan rekor caps terbanyak di Liga Inggris. Menurut Transfermarkt, Milner sudah melampaui 619 caps di Liga Inggris. Ia hanya tertinggal dari Gareth Barry dengan 635 caps, serta Ryan Giggs dengan 632 caps.

Ia masih bisa mengejar rekor caps Barry maupun Giggs, karena musim depan ia masih ingin bermain di Liga Inggris. Di usianya yang sudah menginjak 37 tahun dan fisiknya yang makin menurun, ia pantang untuk berhenti bermain sepakbola. Setelah mengucapkan say goodbye untuk Liverpool di Anfield, ia kini sudah berstatus free transfer. Pertanyaannya, ke mana arah berlabuh si pembenci MU ini musim depan?

Sumber Referensi : mirror, talksport, transfermarkt, caughoffside, thefootballfaithfull, theathletic

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *