Berita Bola Terkini

Situs Berita Bola Terkini

Ini Bukti Manchester United Diam-Diam Menjiplak Manchester City

Rivalitas adalah bumbu dalam sepak bola. Dan Derby Manchester merupakan persaingan yang tak akan pernah mengenal waktu. Uniknya, meski Manchester United lahir lebih dulu, bagi penduduk Kota Manchester, Setan Merah bukanlah tim asli Kota Manchester. Mereka menganggap United adalah tim Manchester palsu.

Ini wajar saja. Letak Old Trafford memang lumayan jauh dari pusat Kota Manchester. Bahkan boleh dibilang lebih dekat ke batas kota. Sementara markas Manchester City, entah itu Maine Road maupun Etihad yang sekarang, berada persis di pusat Kota Manchester.

Meski demikian harus diakui United lah yang menguasai sepak bola Inggris. Mereka berhasil memanfaatkan demografi di pinggiran Kota Manchester untuk membentuk basis penggemar. Dari sana perkembangan basis penggemar MU meluas bahkan boleh jadi kini menjadi tim yang punya basis penggemar terbanyak di dunia.

Sementara City sebetulnya adalah klub yang berpegang teguh pada akar budaya. Namun, jika melihat perkembangannya, ada hal-hal yang diterapkan Manchester United yang ditiru oleh Manchester City.

Menumbuhkan Basis Penggemar

Misalnya soal menumbuhkan basis penggemar. Manchester United yang meraih banyak prestasi lebih dulu telah berhasil menumbuhkan basis penggemar. City pun kemudian mengikuti langkah Manchester United untuk menumbuhkan benih penggemar dengan cara meraih prestasi terlebih dahulu sebanyak-banyaknya.

Pada periode ketika United meraih beragam kesuksesan, terutama di era 1960-an, Manchester City juga turut mendulang kejayaan. Ketika MU meraih European Cup 1968, Manchester City berhasil juara di Liga Inggris. Sejak saat itu, sayup-sayup suara pendukung Manchester City mulai terdengar.

Ya, kamu tidak salah. Memang sejak saat itu City telah menumbuhkan bibit pendukungnya. Namun, karena City kering prestasi daripada United, City pun dijuluki “tetangga yang berisik”. Julukan itu tiada lain muncul dari mulut Sir Alex Ferguson. Apa yang dikatakan Fergie seperti hanya ketakutan belaka. 

Ketakutan yang muncul melihat kerja keras Manchester City menumbuhkan basis suporter. Namun, usaha yang dilakukan City ternyata lebih keras dari yang dipikirkan. Manchester City berhasil mendapatkan Manchunian sejak usia dini.

City juga berhasil memperkuat ikatan komunitas dan bahkan berhasil membentuk tim wanita pada tahun 1988. Sementara Manchester United baru bisa resmi meluncurkannya pada tahun 2018. Dari sini apa yang disebut pembangunan klub bola berdasarkan akar budaya masyarakat telah dilakukan oleh City, sedangkan yang dilakukan MU adalah membangun tim lewat prestasi.

Manchester United Tidak Ingin Meniru Rivalnya

Mungkin karena rivalitas, dalam perkembangannya, kedua tim ini tidak pernah mengakui kalau keduanya saling meniru. Padahal jika ditelusuri ada langkah-langkah yang dilakukan Manchester United ditiru oleh Manchester City. Begitu pula sebaliknya.

Misal perkara kepemilikan tim. Manchester United dibeli keluarga Glazer pada tahun 2005. Dua tahun berikutnya mantan perdana menteri sekaligus konglomerat asal Thailand, Thaksin Shinawatra membeli Manchester City. Ketika keluarga Glazer masih menguasai Manchester United pada tahun 2008, City dibeli taipan dari Abu Dhabi, Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan.

Akan tetapi, jika dilacak lagi, terutama ketika Manchester City mulai mantap sejak dibeli Sheikh Mansour, justru Manchester United lah yang diam-diam mengikuti langkah Manchester City. Istilah kasarnya menjiplak. Contohnya pembentukan tim wanita tadi.

Soal Transfer

Selain itu soal transfer. Tanpa perlu memutar memori sekeras mungkin ke belakang, kita bisa melacak bagaimana Manchester United ternyata tak sedikit membeli pemain yang sebelumnya diincar oleh Manchester City. Contohnya saja transfer Cristiano Ronaldo.

Sebelum sungguh-sungguh melangkahkan kaki keluar dari markas Juventus, Manchester City telah lebih dulu membujuk Ronaldo. Namun, Manchester United yang tahu rencana itu kebakaran jenggot. Dan mereka langsung mengutus sang bapak alias Sir Alex Ferguson untuk bilang ke Ronaldo mbok ya nggak usah merapat ke rival.

Akhirnya, CR7 yang anak baik-baik nurut kata bapak. Itu baru Ronaldo. Frederico Rodrigues de Paula juga sebetulnya diincar oleh City terlebih dahulu. Pertengahan musim 2017/18, Josep Guardiola menginginkan Fred dari Shakhtar Donetsk dan mengajukan tawaran sekitar 45 juta poundsterling (Rp869 miliar).

Namun pihak Donetsk menolak tawaran itu dengan dalih Fred baru akan dilepas setelah musim berakhir. United melihat kesempatan itu dan akhirnya menawar Fred seharga 52 juta poundsterling (Rp1 triliun). Tanpa fafifu, Shakhtar Donetsk menerima tawaran itu.

Bek tangguh kesayangan kita, Harry Maguire itu pun sebelumnya sudah ditawar City untuk menggantikan Vincent Kompany. Tapi The Citizens hanya sanggup membayar Maguire 65 juta poundsterling (Rp1,2 triliun). Sementara MU berani mengeluarkan sekitar 75 juta poundsterling (Rp1,4 triliun).

Pelatih Berkepala Plontos

Lalu soal pelatih berkepala plontos. Pada 1 Juli 2016, atas saran Txiki Begiristain, Manchester City merekrut Josep Guardiola. Guardiola pindah ke Etihad dengan kontrak gaji pada waktu itu 15,2 juta poundsterling (Rp294 miliar). Ia menggantikan Manuel Pellegrini untuk melanjutkan proyek di bawah CEO Khaldoon al-Mubarak.

Tentu di musim-musim awalnya melatih Manchester City, Guardiola tidak langsung menemui titik keberhasilan, melainkan justru harus berkarib lebih dulu dengan kegagalan. Butuh waktu setahun lebih bagi Guardiola untuk memberikan trofi pertamanya untuk Manchester City.

Piala Liga musim 2017/18 adalah trofi pertama Guardiola di Manchester City. Trofi yang didapat usai menekuk perlawanan Arsenal itu nyatanya justru membuka keran trofi Manchester City di tangan Guardiola. Trofi Liga Inggris, Piala FA, Piala Liga, sampai Liga Champions Eropa dipersembahkan Guardiola untuk Manchester City.

Nah, beberapa tahun setelah City merekrut Guardiola. Sebelum The Citizens resmi raih treble, Manchester United mendatangkan pelatih yang juga berkepala plontos. Orang itu adalah Erik ten Hag yang diboyong dari Ajax untuk mereparasi ulang United.

Uniknya, Ten Hag juga pernah satu klub dengan Josep Guardiola. Ketika Guardiola melatih tim senior Bayern Munchen, Ten Hag menukangi Bayern Munchen II. Selain itu, trofi pertama yang didapat Ten Hag di Manchester United juga Piala Liga.

Striker Skandinavia

Sebelum dimulainya musim 2023/24, Manchester United merampungkan transfer Rasmus Hojlund dari Atalanta. The Red Devils harus merogoh kocek hingga 85 juta poundsterling atau sekitar Rp1,4 triliun. Hojlund disebut-sebut sebagai “Haaland yang Baru”. Nah ini.

Manchester United mendatangkan penyerang bertipe nomor “9” dari negara Skandinavia setelah musim sebelumnya, Manchester City sudah lebih dulu mendatangkan penyerang Skandinavia lainnya. Erling Braut Haaland memang dibeli karena Guardiola membutuhkan penyerang nomor “9”.

Sebab, sebelum-sebelumnya, City memang tidak memiliki striker tajam. Guardiola bahkan memakai skema false nine untuk menyiasati ketiadaan pemain nomor “9”. Nah, United pun demikian. Ten Hag membutuhkan striker murni untuk menopang skemanya.

Dan kebetulan yang dikehendaki Ten Hag adalah Rasmus Hojlund. Pemain Denmark, dari Skandinavia, dan berambut blonde seperti Erling Haaland. Hojlund juga masih muda, hanya terpaut tiga tahun dari Haaland. Uniknya lagi, konsep foto perkenalan Hojlund hampir mirip dengan foto pengenalan Haaland di Manchester City.

Pemilik Timur Tengah

Dan…. yang terakhir adalah soal kepemilikan taipan Timur Tengah. Kalau tidak salah, para penggemar Manchester United pernah sangat tidak menyukai taipan Timur Tengah. Bahkan mereka pernah mencibir ketika City diakuisisi Sheikh Mansour.

Namun, kini para penggemar United sangat berharap kalau Sheikh Jassim al-Thani dari Qatar membeli United. Jika proses pengakuisisian Sheikh Jassim sungguh mencapai kata final, Manchester United akan dimiliki taipan Timur Tengah yang kebetulan juga terkait dengan pemerintahan sama seperti Manchester City.

Dari fakta-fakta tadi, bisa ditangkap maksud bahwa Manchester United memang sepertinya mengikuti tindak-tanduk Manchester City. Tanpa perlu menunggu pernyataan resmi, tanda-tandanya sudah tampak jelas. Jadi, fans MU masih mau menampik kalau tim ente nggak ngikutin sebelah?

Sumber: TheAthletic, BR, TalkSPORT, TheGuardian, TheAthletic, Goal, AfriqueSports, Goal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *