Arsenal mengoleksi 39 poin dari pertandingan tandang musim kemarin. Itu catatan terbanyak dari siapapun di Premier League musim lalu. Dan hasil yang mereka peroleh di Selhurst Park, kandang Crystal Palace ini bisa jadi tanda Arsenal bisa mengulanginya lagi musim ini.
Bertandang ke markas Crystal Palace, Arsenal harus rela tidak diperkuat rekrutan anyar mereka, Jurrien Timber. Ia menderita cedera parah di pertandingan pembuka musim minggu kemarin. Di pertandingan ini posisi Timber digantikan oleh Tomiyasu.
Meriam London harusnya bisa memimpin di menit ke-2 kalau saja Gabriel Martinelli menyia-nyiakan peluang emasnya. Baik Arsenal maupun Palace saling jual beli serangan di babak pertama tapi sampai jeda, skor masih kacamata.
Masuk ke babak kedua, Arsenal dapat hadiah penalti di menit ke-53. Kali ini Martin Odegaard yang sukses jadi eksekutor the gunners. Sayangnya dua kartu kuning yang diterima Tomiyasu membatalkan momentum anak asuh Arteta.
Bermain dengan 10 pemain membuat mereka terpaksa melancarkan strategi bertahan penuh. Jakub Kiwior, Gabriel Magalhaes, Jorginho, dan Zinchenko dimasukkan untuk memperkuat pertahanan.
Strategi itu berhasil dan Arsenal bisa mengemas poin penuh di laga ini. Membuat mereka duduk di posisi 3 sedangkan the eagles duduk di peringkat 11. Berikut rangkuman momen-momen penting di laga tersebut.
Kartu Merah Tak Penting Tomiyasu
Wasit akan semakin tegas dalam memimpin laga di Premier League musim ini. Dengan adanya peraturan baru. Yaitu seorang pemain yang membuang-buang waktu bisa kena kartu kuning. Tomiyasu sudah merasakan getahnya.
Ia mendapat kartu kuning pertama setelah diklaim telah membuang waktu saat melakukan lemparan ke dalam. Menghabiskan waktu delapan detik saat lemparan kedalam bagi sang wasit sekarang sudah termasuk pelanggaran.
Ia kemudian kedapatan menarik baju Jordan Ayew untuk dapat kartu kuning kedua. Kedua pelanggaran tersebut sebenarnya bukan pelanggaran yang terlalu penting. Tapi bagaimanapun peraturan adalah peraturan. Dan memang sudah hal biasa wasit liga Inggris jadi lebih tegas di awal-awal musim.
Arteta mengaku tidak terlalu ambil pusing dengan kartu merah Tomiyasu. Ia menganggap kalau timnya memang perlu beradaptasi dengan peraturan baru. Tapi setidaknya ia senang karena Arsenal masih bisa menang.
“Saya orangnya sangat terbuka. Saya paham masalahnya. Peraturan baru memang sedikit merepotkan tapi kami bisa beradaptasi. Dalam konteks ini kami harus memenangkannya, dan kami telah melakukannya hari ini” Ucapnya dikutip dari Sky Sport.
Tapi dengan kartu merah Tomiyasu, Arteta berarti harus putar otak di pertandingan selanjutnya. Arsenal sudah kehilangan Jurrien Timber sebagai bek kiri karena cedera. Kemudian kartu merah Tomiyasu membuatnya dapat larangan bermain di satu pertandingan. Kemungkinan besar Arteta bakal kembali mengandalkan Zinchenko atau Kieran Tierney di pertandingan selanjutnya melawan Fulham.
Penendang Penalti Baru Arsenal
Bukayo Saka punya hubungan yang rumit dengan titik penalti dalam karirnya selama ini. Umurnya baru 21 tahun tapi ia sudah menghadapi banyak tekanan dan drama sebagai eksekutor penalti.
Saka beberapa kali mencetak penalti krusial seperti saat lawan Liverpool, Chelsea, dan Manchester United. Tapi ia juga punya momen gagal penalti yang tak terlupakan. Contohnya di final Euro 2020 yang buat Inggris gagal juara. Atau saat imbang lawan West Ham musim kemarin, yang buat harapan juara Arsenal runtuh. Saka juga sempat gagal penalti saat lawan Barca di pramusim kemarin.
Di pertandingan ini, kesempatan untuk jadi eksekutor kembali datang ke Saka. Tapi ia menyerahkan bola ke kaptennya, Martin Odegaard. Saka dan Odegaard memang punya teknik yang luar biasa. Tapi ketenangan adalah satu hal penting yang dimiliki oleh Odegaard daripada Saka.
Pertanyaannya kini, bagaimana pengaruhnya dengan performa Saka? Apakah dengan tugas sebagai eksekutor ia akan bermain lebih bebas? Terbebas dari segala beban dan tekanan titik 12 pas. Mungkin hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Gelandang 100 juta pounds Yang Gak Kaleng-Kaleng
Berita soal transfer para gelandang bertahan yang super mahal membanjiri bursa transfer musim panas ini. Arsenal harus membayar West Ham sebesar 105 juta pounds untuk memboyong Declan Rice. Klub lain juga membeli gelandang bertahan dengan harga selangit.
Tapi di pertandingan ini, Rice menunjukkan bahwa ia bukan gelandang biasa. Rice tunjukkan kelas yang berbeda dengan gelandang 100 juta lainnya. Dan pertandingan ini mungkin jadi penampilan terbaik Rice bersama Arsenal sejauh ini.
Di awal laga, ia bisa ikut menekan ke depan meski posisinya adalah pivot tunggal. Ia secara konstan melakukan transisi sehingga Arsenal bisa menancapkan pondasi dan dominasi sejak menit-menit awal. Rice bisa menciptakan ruang dan peluang saat Arsenal menyerang. Kemudian bisa bertahan dengan sangat baik saat mereka bermain dengan 10 orang.
“Saya pikir ia bermain sangat bagus malam ini. Dia mendominasi permainan. Dia telah melakukannya di klub sebelumnya tapi kami memintanya melakukan hal baru di sini. Ia adalah pemain yang fantastis” Ucap Arteta soa Rice dikutip dari the telegraph.
Sementara itu, Jamie Carragher menganggap Rice pantas jadi man of the match di pertandingan itu. Legenda Liverpool itu mengaku kagum dengan permainan yang ditunjukkan Rice malam itu.
“Saya pikir Declan Rice adalah pemain terbaik di lapangan. Itu seperti semua hal terjadi melalui dirinya. Dia bermain di tengah lapangan, mendapatkan bola, mengubah permainan dan beberapa kali melakukan umpan sejauh 40-50 meter. Tapi ia juga bisa berlari dan menciptakan peluang untuk rekannya. Sangat luar biasa” Ungkapnya dikutip dari Sky Sports.
Seberapa Besar Arteta Membutuhkan Gabriel Magalhaes?
Berbicara soal pemain penting, ada satu pertanyaan yang muncul dari laga ini. Seberapa penting Arteta membutuhkan Gabriel saat ini? Ia adalah pemain yang tak tergantikan musim kemarin. Juga telah jadi starter reguler sejak kedatangannya di tahun 2020.
Tapi musim ini bek Brasil itu duduk di bangku cadangan saat lawan Nottingham Forest. Kemudian kembali jadi cadangan di laga ini. Mungkin saja Gabriel tidak akan main kalau Arteta tidak butuh kekuatan tambahan di lini bertahan di menit-menit akhir pertandingan ini.
Ada pertanyaan soal masa depan Gabriel di Arsenal. Banyak klub besar sudah mengendus kemungkinan transfer sang pemain. Dilihat dari pertandingan ini, Arsenal sudah memiliki bentuk bek yang kuat dalam diri William Saliba. Penampilan apiknya di laga ini juga patut diberi pujian yang sama seperti Rice.
Saliba berduet dengan Ben White di tengah. Meskipun posisi natural White adalah bek sayap kanan. Tapi Arteta sedang bereksperimen dengan memasang Thomas Partey sebagai bek kanan.
Untuk saat ini mungkin memang terlihat bahwa kualitas pertahanan Arsenal tidak berkurang dengan absennya Gabriel. Tapi bukan berarti Arteta sudah tidak membutuhkannya lagi. Musim yang sibuk menanti meriam London.
Kunci skuad yang hebat adalah kedalaman yang kuat. Saat ini Arsenal mungkin tidak membutuhkannya. Tapi di bulan Oktober atau November nanti, saat semua kompetisi saling bertumpuk, Arteta akan sangat membutuhkannya.
Arsenal Raja London
Selain 3 poin yang berharga, ada catatan membanggakan Arsenal lainnya. Kemenangan ini membuat Arsenal tak terkalahkan di 13 derby London berturut-turut di liga. 11 diantaranya adalah kemenangan.
Ini adalah rekor terpanjang mereka setelah rekor di tahun 2001 sampai 2005. Saat itu Arsenal menjalani 35 pertandingan derby London tanpa kekalahan. Ini juga jadi kemenangan berturut-turut Arsenal di Selhurst Park. Dan catatan lainnya, ternyata ini adalah kekalahan kandang pertama Roy Hodgson. Sejak ia kembali melatih di bulan April kemarin.
Sumber referensi: Telegraph, Arsenal, FootballLondon, Express, Sky, Mirror, Standard